A. Pengertian
Menurut
Kartono (2002, h.243) Skizofrenia adalah kondisi psikologis dengan gangguan
disintegrasi, depersonalisasi dan kebelahan atau kepecahan struktur
kepribadian, serta regresi aku yang parah. Menurut Strausal et al (dalam iman setiadi,
2006, h. 3) Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini
di tandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi,
halusinasi, gangguan kognitf dan persepsi. Sedangkan gejala negatifnya antara
lain seperti avolition ( menurunnya minat dan dorongan), berkurangnya keinginan
bicara dan miskinnya isi pembicaraan, afek yang datar, serta terganggunya
relasi personal. Tampak bahwa gejala-gejala skizofrenia menimbulkan hendaya
berat dalam kemampuan individu berfikir dan memecahkan masalah, kehidupan afek
dan menggangu relasi personal. Kesemuanya mengakibatkan pasien skizofrenia
mengalami penurunan fungsi ataupun ketidakmampuan dalam menjalani hidupnya,
sangat terhambat produktivitasnya dan nyaris terputus relasinya dengan orang
lain. Gangguan schizophrenia merupakan gangguan jiwa yang berlangsung menahun,
sering kambuh dan kondisi kejiwaa penderita semakin lama semakin merosot.
B. Etiologi
Menurut
Ingram dkk (1995) penyebab skizofrenia tidak diketahui akan tetapi hal-hal yang
dapat diketahui sebagai factor presipitasi dan predisposisi terjadinya
skizofrenia antara lain:
a.
Herediter
Pentingnya
faktor genetik telah dibuktikan secara meyakinkan. Risiko bagi masyarakat umum
1% pada orang tua risiko skizofrenia 5% pada saudara kandung 8% dan pada anak
10%. Gambaran terakhir ini menetap walaupun anak telah dipisahkan orang tua
sejak lahir, dan pada kembar monozigot 30-40%.
b.
Lingkungan
Gambaran
pada penderita kembar seperti di atas menunjukkan bahwa faktor lingkungan cukup
berperan dalam menampilkan penyakit pada individu yang memiliki faktor
predisposisi, beberapa penelitian mengatakan skizofrenia bukan suatu penyakit,
tetapi suatu respon terhadap tekanan emosi yang dapat ditoleransi dalam
keluarga dan masyarakat, tetapi pandangan ekstrim demikian walaupun sesuai
dengan masyarakat kurang didukung oleh penelitiaan. Banyak penelitian terhadap
pengaruh masa kanak-kanak, khususnya atas personalitas orang tua, tetapi belum
ada yang berhasil
c.
Emosi yang diekspresikan
Jika
keluarga skizofrenia memperlihatkan emosi yang diekspresikan secara berlebihan,
misalnya pasien diomeli atau terlalu banyak dikekang denagn aturan-aturan yang
berlebihan, maka kemungkinan, maka kemungkinan kambuh lebih besar. Juga jika
pasien tidak mendapatkan obat neuroleptik. Angka kekambuhan di rumah dengan
ekspresi emosi rendah dan pasien minum obat teratur sebesar 12% dengan ekspresi
emosi rendah dan tanpa obat 42%, ekspresi emosi tinggi dengan tanpa obat, angka
kekambuhan 92%
.
C. Proses Terjadinya
Pada
skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran yang terganggu
terutama adalah asosiasi, asosiasi longgar berarti ada hubungan antar ide
kalimat, kalimatnya tidak saling berhubungan, kadang-kadang ide belum selesai
diutarakan sudah ditemukan ide lain, atau dapat pemindahan maksud misalnya
maksud "tani" dikatakan "sawah" bentuk lebih parah adalah
inkoherensi.
Gejala
mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai dengan umur pertengahan
dengan melalui beberapa fase antara lain :
1. Fase
Prodomal
·
Berlangsung antara 6 bulan sampai 1
tahun
·
Gangguan dapat berupa Self care,
gangguan dalam akademik, gangguan dalam pekerjaan, gangguan fungsi sosial,
gangguan pikiran dan persepsi.
2. Fase
Aktif
·
Berlangsung kurang lebih 1 bulan
·
Gangguan dapat berupa gejala psikotik;
Halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir, gangguan bicara, gangguan
perilaku, disertai kelainan neurokimiawi
3. Fase
Residual
Kien mengalami minimal 2 gejala;
gangguan afek dan gangguan peran, serangan biasanyaberulang.
D. Klasifikasi
Kraepelin
membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama antara lain :
a. Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama
kali pada usia pubertas, gejala utama berupa kedangkalan emosi dan kemunduran
kemauan. Gangguan proses berfikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang
didapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan.
b. Skizofrenia
Hebefrenia
Permulaannya
perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja atau antara
15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan
kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau double personality. Gangguan
psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering
terdapat, waham dan halusinaasi banyak sekali.
c. Skizofrenia
Katatonia
Timbulnya pertama kali
umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stress
emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.
d. Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok
ialah waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi. Dengan
pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek
emosi dan kemauan.
e. Episode Skizofrenia
akut
Gejala Skizofrenia
timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin
berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun
dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus
baginya.
f. Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia
dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala
sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan Skizofrenia.
g. Skizofrenia Skizo
Afektif
Disamping gejala
Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga gejala-gejal depresi
(skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini cenderung untuk
menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul serangan lagi.
E. Penatalaksanaan
Menurut
Tomb (2004), pengobatan untuk penderita skizofrenia dapat menggunakan beberapa
metode antara lain:
a. Metode biologic
Obat psikosis akut
dengan obat anti psikotik, lebih disukai dengan anti psikotik atypical baru
(kisaran dosis ekuivalen = chlorpromaxine 300-600 mg/hari). Ketidak patuhan
minum obat sering terjadi, oleh karena itu perlu diberikan depo flufenazine
atau haloperidol kerja – lama merupakan obat terpilih. Penambahan litium,
benzodiazepine, atau diazepam 15-30 mg/ hari atau klonazepam 5-15 mg/hari
sangat membantu menangani skizofrenia yang disertai dengan kecemasan atau
depresi. Terapi kejang listrik dapat bermanfaat untuk mengontrol dengan cepat
beberapa psikosis akut. Sangat sedikit pasien skizofrenia yang tidak berespon
dengan obat-obatan dapat membaik dengan ECT.
b. Metode psikosis
Menurut Hawari (2006,
p.105-108) jenis psikoterapi yang dilakukan untuk menangani penyakit
skizofrenia antara lain;
1. Psikoterapi suportif
Bentuk terapi yang
bertujuan memberikan dorongan semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa
putus asadan semangat juangnya (fighting spirit) dalam menghadapi hidup.
2. Psikoterapi re edukatif
Bentuk terapi yang
dimaksudkan member pendidikan ulang untuk merubah pola pendidikan lama dengan
yang baru sehingga penderita lebih adaptif terhadap dunia luar.
3. Psikoterapi
rekonstruksi
Terapi yang dimaksudkan
untuk memperbaiki kembali kepribadian yang mengalami keresahan.
4. Terapi tingkah laku
Adalah terapi yang
bersumber dari teori psikologi tingkah laku (behavior psichology) yang
mempergunakan stimulasi dan respon modus operandi dengan pemberian stimulasi
yang positif akan timbul proses positif.
5. Terapi keluarga
Bentuk terapi yang
menggunakan media sebagai titik tolak terapi karena keluarga selain sebagai
sumber terjadinya gangguan tingkah laku juga sekaligus sarana terapi yang dapat
mengembalikan fungsi psikis dan sosial melalui komunikasi timbal balik.
6. Psikoterapi kognitif
Memulihkan kembali
fungsi kognitif sehingga mampu membedakan nilai – nilai sosial dan etika.
DAFTAR
PUSTAKA
Ingram, dkk. (1995).
Catatan Kuliah Psikiatri (terjemahan). Edisi 6. Jakarta: EGC.
Isaac, (2005). Panduan
Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatrik. Ed 3. EGC: Jakarta.
Keliat, dkk. (1999).
Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Cetakan I. EGC: Jakarta.
Townsend, (1998). Buku
Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatrik Pedoman untuk Pembuatan
Rencana Keperawatan. Ed 3 , EGC: Jakarta.
No comments:
Post a Comment