Monday, February 18, 2013

Skizofrenia




A.    Pengertian
Menurut Kartono (2002, h.243) Skizofrenia adalah kondisi psikologis dengan gangguan disintegrasi, depersonalisasi dan kebelahan atau kepecahan struktur kepribadian, serta regresi aku yang parah. Menurut Strausal et al (dalam iman setiadi, 2006, h. 3) Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini di tandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan kognitf dan persepsi. Sedangkan gejala negatifnya antara lain seperti avolition ( menurunnya minat dan dorongan), berkurangnya keinginan bicara dan miskinnya isi pembicaraan, afek yang datar, serta terganggunya relasi personal. Tampak bahwa gejala-gejala skizofrenia menimbulkan hendaya berat dalam kemampuan individu berfikir dan memecahkan masalah, kehidupan afek dan menggangu relasi personal. Kesemuanya mengakibatkan pasien skizofrenia mengalami penurunan fungsi ataupun ketidakmampuan dalam menjalani hidupnya, sangat terhambat produktivitasnya dan nyaris terputus relasinya dengan orang lain. Gangguan schizophrenia merupakan gangguan jiwa yang berlangsung menahun, sering kambuh dan kondisi kejiwaa penderita semakin lama semakin merosot.
B.     Etiologi
Menurut Ingram dkk (1995) penyebab skizofrenia tidak diketahui akan tetapi hal-hal yang dapat diketahui sebagai factor presipitasi dan predisposisi terjadinya skizofrenia antara lain:
a.       Herediter
Pentingnya faktor genetik telah dibuktikan secara meyakinkan. Risiko bagi masyarakat umum 1% pada orang tua risiko skizofrenia 5% pada saudara kandung 8% dan pada anak 10%. Gambaran terakhir ini menetap walaupun anak telah dipisahkan orang tua sejak lahir, dan pada kembar monozigot 30-40%.
b.      Lingkungan
Gambaran pada penderita kembar seperti di atas menunjukkan bahwa faktor lingkungan cukup berperan dalam menampilkan penyakit pada individu yang memiliki faktor predisposisi, beberapa penelitian mengatakan skizofrenia bukan suatu penyakit, tetapi suatu respon terhadap tekanan emosi yang dapat ditoleransi dalam keluarga dan masyarakat, tetapi pandangan ekstrim demikian walaupun sesuai dengan masyarakat kurang didukung oleh penelitiaan. Banyak penelitian terhadap pengaruh masa kanak-kanak, khususnya atas personalitas orang tua, tetapi belum ada yang berhasil
c.       Emosi yang diekspresikan
Jika keluarga skizofrenia memperlihatkan emosi yang diekspresikan secara berlebihan, misalnya pasien diomeli atau terlalu banyak dikekang denagn aturan-aturan yang berlebihan, maka kemungkinan, maka kemungkinan kambuh lebih besar. Juga jika pasien tidak mendapatkan obat neuroleptik. Angka kekambuhan di rumah dengan ekspresi emosi rendah dan pasien minum obat teratur sebesar 12% dengan ekspresi emosi rendah dan tanpa obat 42%, ekspresi emosi tinggi dengan tanpa obat, angka kekambuhan 92%
.
C.    Proses Terjadinya
Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran yang terganggu terutama adalah asosiasi, asosiasi longgar berarti ada hubungan antar ide kalimat, kalimatnya tidak saling berhubungan, kadang-kadang ide belum selesai diutarakan sudah ditemukan ide lain, atau dapat pemindahan maksud misalnya maksud "tani" dikatakan "sawah" bentuk lebih parah adalah inkoherensi.
Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai dengan umur pertengahan dengan melalui beberapa fase antara lain :
1.      Fase Prodomal
·         Berlangsung antara 6 bulan sampai 1 tahun
·         Gangguan dapat berupa Self care, gangguan dalam akademik, gangguan dalam pekerjaan, gangguan fungsi sosial, gangguan pikiran dan persepsi.
2.      Fase Aktif
·         Berlangsung kurang lebih 1 bulan
·         Gangguan dapat berupa gejala psikotik; Halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir, gangguan bicara, gangguan perilaku, disertai kelainan neurokimiawi
3.      Fase Residual
Kien mengalami minimal 2 gejala; gangguan afek dan gangguan peran, serangan biasanyaberulang.

D.    Klasifikasi
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama antara lain :
a. Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan.
b. Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinaasi banyak sekali.
c. Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.
d. Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.
e. Episode Skizofrenia akut
Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya.
f. Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan Skizofrenia.
g. Skizofrenia Skizo Afektif
Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga gejala-gejal depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul serangan lagi.

E.     Penatalaksanaan
Menurut Tomb (2004), pengobatan untuk penderita skizofrenia dapat menggunakan beberapa metode antara lain:
a. Metode biologic
Obat psikosis akut dengan obat anti psikotik, lebih disukai dengan anti psikotik atypical baru (kisaran dosis ekuivalen = chlorpromaxine 300-600 mg/hari). Ketidak patuhan minum obat sering terjadi, oleh karena itu perlu diberikan depo flufenazine atau haloperidol kerja – lama merupakan obat terpilih. Penambahan litium, benzodiazepine, atau diazepam 15-30 mg/ hari atau klonazepam 5-15 mg/hari sangat membantu menangani skizofrenia yang disertai dengan kecemasan atau depresi. Terapi kejang listrik dapat bermanfaat untuk mengontrol dengan cepat beberapa psikosis akut. Sangat sedikit pasien skizofrenia yang tidak berespon dengan obat-obatan dapat membaik dengan ECT.
b. Metode psikosis
Menurut Hawari (2006, p.105-108) jenis psikoterapi yang dilakukan untuk menangani penyakit skizofrenia antara lain;
1. Psikoterapi suportif
Bentuk terapi yang bertujuan memberikan dorongan semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asadan semangat juangnya (fighting spirit) dalam menghadapi hidup.
2. Psikoterapi re edukatif
Bentuk terapi yang dimaksudkan member pendidikan ulang untuk merubah pola pendidikan lama dengan yang baru sehingga penderita lebih adaptif terhadap dunia luar.
3. Psikoterapi rekonstruksi
Terapi yang dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang mengalami keresahan.
4. Terapi tingkah laku
Adalah terapi yang bersumber dari teori psikologi tingkah laku (behavior psichology) yang mempergunakan stimulasi dan respon modus operandi dengan pemberian stimulasi yang positif akan timbul proses positif.

5. Terapi keluarga
Bentuk terapi yang menggunakan media sebagai titik tolak terapi karena keluarga selain sebagai sumber terjadinya gangguan tingkah laku juga sekaligus sarana terapi yang dapat mengembalikan fungsi psikis dan sosial melalui komunikasi timbal balik.
6. Psikoterapi kognitif
Memulihkan kembali fungsi kognitif sehingga mampu membedakan nilai – nilai sosial dan etika.







DAFTAR PUSTAKA

Ingram, dkk. (1995). Catatan Kuliah Psikiatri (terjemahan). Edisi 6. Jakarta: EGC.
Isaac, (2005). Panduan Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatrik. Ed 3. EGC: Jakarta.
Keliat, dkk. (1999). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Cetakan I. EGC: Jakarta.
Townsend, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatrik Pedoman untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Ed 3 , EGC: Jakarta.

No comments:

Post a Comment